Selasa, 16 Desember 2014

KAJIAN ILMIAH LINGKUNGAN

ANALISA FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENGEMUDI OPERATORANGKUTAN KOTA SEBAGAI DASAR UNTUK MENURUNKANTINGKAT PENCEMARAN UDARA DI TEPI JALAN RAYA

Abstrak : sumber utama pencemaran udara di tepi jalan raya kota Bandung adalah emisi yang dihasilkan oleh kendaraan umum, terutama Angkutan Kota atau yang populer dengan sebutan Angkot. karena angkot tidak memiliki tempat pemberhentian yang tetap jadi membuat angkot dapat berhenti  dimana saja asalkan sesuai dengan rute perjalanannya. 

Kata kunci : Pencemaran udara, angkot, emisi, perilaku mengemudi. 

PENDAHULUAN
Transportasi di dunia semakin berkembang dengan dimulainyadengan adanya sepeda, motor, mobil bahkan pesawat terbang. dan di Indonesia telah berkembang beberapa mode transportasi masal mulai yang ada di darat sampai yang ada di laut bahkan udara, dengan adanya mode transportasi masal membuat perjalanan kita semakin mudah. Tetapi dengan berkembangnya mode transportasi massal berkembang juga banyaknya emisi gas yang terutama dihasilkan oleh kendaraan umum yaitu angkot terutama di Bandung. keadaan ini diakibatkan seringnya kendaraan yang berhenti di sembarangan jalan dan membuat emisi yang dihasilkan lebih banyak. Mode transportasi seperti ini membuat emisi yang dihasilkan bertambah besar karena pada kondisi kendaraan diam, dipercepat (accelerating) maupun diperlambat (decelerating), emisi cenderung lebih banyak dihasilkan akibat pembakaran yang kurang sempurna.

METODOLOGI
Instrumen yang digunakan untuk survey sosial-lingkungan ini adalah kuesioner. Bentuk kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan sebagian pertanyaan tertutup dan sebagian lagi berupa pertanyaan terbuka. Hal ini ditujukan untuk menggali lebih dalam jawaban-jawaban dari responden yang berprofesi sebagai pengemudi angkutan kota. 


HASIL DAN PEMBAHASAN
Presentase Pengembalian Kuesioner dan Realibilitas Data
Jumlah kuesioner yang disebarkan untuk percobaan adalah sebanyak 30 buah pada percobaan pertama dan 30 buah pada percobaan kedua. 

Profil Responden
Data umum responden meliputi nama, alamat, nomor telepon, usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, serta rute angkutan kota yang dikendarai. Komposisi usia, suku bangsa, tingkat pendidikan dan rute angkutan kota.

Dari hasil penelitian, rata-rata responden memiliki waktu kerja sebanyak 11 jam per hari dan rata-rata memiliki pendapatan bersih sebesar Rp. 2700 per jam. Pendapatan bersih ini dihitung dengan mengurangi pendapatan kotor dengan pengeluaran bensin dan setoran wajib kepada pemilik angkutan kota. Dalam mengemudikan angkotnya, para responden dapat dibagi kedalam empat kategori, yaitu mengetem di sembarang tempat hingga angkot terisi penuh, berjalan pelan ditepian sambil mengangkut penumpang , berjalan terus dan berhenti tiba-tiba saat ada penumpang yang memberhentikan angkot, serta berhenti di tempat yang telah ditetapkan dan menunggu hingga angkot terisi penuh. Keempat kategori ini ditentukan dari hasil pengamatan lapangan. Perilaku mengetem responden didasari oleh beberapa alasan. Alasan yang paling banyak dikemukakan, yaitu sebesar 30%, adalah banyaknya calon penumpang yang terdapat di tempat mengetem. Berusaha mendapat penumpang sebanyak mungkin dan mengejar setoran adalah dua alasan berikutnya yang memiliki persentase terbanyak kedua dan ketiga yaitu sebesar 25% dan 18%. Beberapa responden juga mengemukakan alasan lain yang tidak disebutkan dalam pilihan jawaban seperti berusaha mengatur jarak dengan Angkot lainnya agar dapat memperoleh penumpang serta menghemat bensin. 
Distribusi Tingkat Pengetahuan 
 
Tingkat pengetahuan yang ingin diketahui dari responden adalah  tingkat pengetahuan mengenai Perda Kota Bandung No.03 tahun 2005 pasal 7 (1) dan (2) tentang peraturan memberhentikan kendaraan umum serta tingkat pengetahuan responden mengenai pencemaran udara oleh kendaraan bermotor.dari peryataan yang diajukan kepada responden dapat di disimpulkan bahwa lebih dari separuh responden telah mengetahui mengenai Perda K3 Kota Bandung namun lebih dari separuh responden tidak mengetahui adanya sanksi dari Perda tersebut. 

Analisa Faktor Penyebab Perilaku Mengetem 
 Pengemudi Angkot Berdasarkan analisa korelasi Spearman, diperoleh bahwa perilaku mengemudi supir Angkot tidak berhubungan dengan usia, pendidikan terakhir, pendapatan bersih, pengetahuan mengenai pencemaran udara, dan pengetahuan mengenai Perda melainkan berhubungan dengan rute dan suku bangsa. 
Analisa Faktor Penyebab Perilaku ‘Berhenti-Jalan-Berhenti’ 

 Pengemudi Angkot Berdasarkan nilai korelasi Spearman, dapat diketahui bahwa perilaku‘berhenti-jalan-berhenti’ memiliki hubungan dengan rute dan persepsi mengenai halte khusus Angkot. Nilai negatif pada nilai signifikansi persepsi mengenai halte Angkot menunjukan bahwa responden yang sering berjalan pelan di tepian dan berhenti tiba-tiba untuk mengangkut penumpang tidak setuju jika akan diadakan halte khusus Angkot. Makin sering responden melakukan kedua aktivitas mengemudi itu, makin tidak setuju ia terhadap pengadaan halte khusus Angkot. 
Persepsi Mengenai Tempat Pemberhentian Khusus Angkot 

 Berdasarkan hasil survey, 88% responden menyatakan bahwa pemerintah belum menyediakan tempat pemberhentian yang memadai bagi angkutan kota. Secara garis besar, para supir angkot setuju jika akan diadakan halte khusus untuk Angkot seperti yang terlihat pada Gambar 6. Persepsi ini ternyata memiliki hubungan yang cukup signifikan (memiliki nilai korelasi Spearman 0,507 dengan signifikansi 0,01) yaitu pengetahuan bahwa perilaku mengemudi ‘berhenti-jalan-berhenti’ akan meningkatkan tingkat pencemaran udara seperti. Persepsi ini tidak memiliki hubungan dengan atribut responden seperti usia, suku bangsa, pendidikan terakhir, dan rute. 

KESIMPULAN 
Berdasarkan hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku mengemudi supir Angkot tidak berhubungan dengan usia, pendidikan terakhir, pendapatan bersih, jumlah setoran, pengetahuan mengenai pencemaran udara, dan pengetahuan mengenai Perda. Pengaruh yang signifikan terhadap perilaku mengetem dan berhenti-jalan-berhenti ditunjukan oleh rute. Hal ini mungkin disebabkan oleh tata guna lahan yang bermacam-macam di sepanjang rute yang akhirnya mempengaruhi kebiasaan berhenti di sembarang tempat. Perilaku mengemudi seperti ini diharapkan dapat dikurangi dengan menempatkan halte di sepanjang rute masing-masing Angkot yang berdasarkan hasil survey belum dipenuhi oleh pemerintah. Dari hasil analisa terhadap tingkat penerimaan halte khusus Angkot, sebanyak lebih dari 70% responden menyatakan setuju terhadap pengadaan sistem halte untuk Angkot. Tingkat peneriman ini dipengaruhi oleh pengetahuan bahwa perilaku mengemudi ‘berhenti-jalan-berhenti’ akan meningkatkan tingkat pencemaran udara. Dari keseluruhan analisa dapat disimpulkan bahwa perilaku mengetem maupun berhenti-jalan-berhenti tidak dipengaruhi oleh diri pengemudi melainkan oleh kondisi jalan raya dengan tata guna lahan yang kurang teratur serta ketiadaan tempat pemberhentian yang memadai. 

Daftar Pustaka
Perkins, Henry C. Air Pollution. Tokyo : McGrawHill Kogakusha Ltd., 1974. Transportation Research Board. Expanding Metropolitan Highways. Washington D.C : National Academy Press., 1995.
www.bandung.go.id 

Senin, 01 Desember 2014

GUNUNG GAMALAMA DI TERNATE

gunung GAMALAMA di TERNATE 

Ternate menjadi satu kota otonom sejak 4 Agustus 2010, dan menjadi Ibukota sementara Provinsi Maluku Utara sampai Sofifi yang menjadi ibukotanya di Pulau Halmahera siap secara infrastruktur.
Kota Ternate merupakan kota kepulauan yang memiliki luas wilayah 547,736 km², dengan 8 pulau. Pulau Ternate, Pulau Hiri, Pulau Moti, Pulau Mayau, dan Pulau Tifure merupakan lima pulau yang berpenduduk, sedangkan terdapat tiga pulau lain seperti Pulau Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida merupakan pulau berukuran kecil yang tidak berpenghuni.
Kondisi topografi Kota Ternate dengan sebagian besar daerah bergunung dan berbukit, terdiri atas pulau vulkanis dan pulau karang dengan kondisi jenis tanah Rogusal ( Pulau Ternate, Pulau Hiri, dan Pulau Moti) dan Rensika (Pulau Mayau, Pulau Tifure, Pulau Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida). Kondisi topografi Kota Ternate juga ditandai dengan keberagaman ketinggian dan permukaan laut antara 0-700 m dpl. dengan keadaan kota ternate yang merupakan pulau vulkanis membuat ternate menjadi rawan dengan bencana gunung merapi dan dengan keberadaan gunung merapi  gamalama  yang masih akif sampai saat ini yang membuat pemerintahan kota ternate harus bisa membuat upaya untuk mengurangi dampak bencana alam yang di hasilkan oleh letusan gunung merapi gamalama.
dari sejarah meletusnya gunung gamalama, Letusan besar Gunung Gamalama lain terjadi pada 1908 yang menghasilkan leleran lava batu angus hingga ke pantai. Sisa-sisa letusan bisa dilihat di Kelurahan Kulaba, Kecamatan Ternate Utara. Letusan tersebut memakan puluhan korban jiwa.
dan Letusan terbesar lain terjadi pada pada 1775 yang melenyapkan Desa Soela Takomi. Lebih dari 140 orang tercatat tewas. Dahsyatnya letusan juga meninggalkan dua danau, yaitu Tolire Jaha dan Tolire Kecil di Desa Soale Takomi yang berjarak sekira 18 kilometer dari pusat Kota Ternate.
dari hal itu pemerintah kota ternate berupaya untuk dapat mengurangi dampak bencana alam gunung meletus yang nanti akan bisa terjadi.
Dalam upaya mencegah atau meminimalkan potensi dampak masalah akibat bencana Gunung api Gamalama, di masa depan diperlukan perencanaan program-program mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Mitigasi ádalah upaya untuk mengeliminasi, menurunkan/meminimalkan risiko bahaya (hazard) bencana pada populasi yang rentan. Lingkup mitigasi meliputi eliminasi risiko, reduksi risiko, dan transmisi tanggung jawab. Fokus mitigasi adalah menghilangkan atau membatasi kemungkinan terjadinya bencana, dan menurunkan tingkat kerentanan populasi. Kesiapsiagaan terhadap potensi bencana adalah satu bentuk upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk merespon efektif ancaman dan dampak bencana dan pulih dengan cepat dari dampak jangka panjang.
Dalam aspek kesiapsiagaan tehadap bencana, partisipasi aktif masyarakat memainkan peran yang paling penting. Pemerintah Kota Ternate dan LSM berkewajiban untuk bersama-sama mendorong dan memperkuat partisipasi masyarakat, termasuk untuk senantiasa menghidupkan memori kolektif sepanjang masa dari pengalaman dramatis dan dahsyat akibat bencana tersebut.
Upaya pencegahan bencana di perkotaan, diutamakan melalui built environment yaitu dalam lingkungan binaan. Pertumbuhan dan pengembangan perlu dilaksanakan dan dikelola dengan prinsip harmoni, seimbang, dan saling menguntungkan antara penduduk Ternate dan lingkungannya. Dengan memperhatikan rencana pemanfaatan ruang (Gambar 4), yang perlu mendapat perhatian dengan segera apabila terjadi letusan dan leleran lava, adalah kawasan pemukiman yang terdapat di sepanjang pantai barat ke selatan sampai ke timur Pulau Ternate, karena pada wilayah tersebut terdapat konsentrasi penduduk yang besar.
Dampak akibat bencana yang traumatis pada penduduk dan lingkungan akibat letusan dan gempa dapat sangat menghancurkan, karena bukan hanya mengakibatkan korban jiwa, material dan kerusakan lingkungan yang besar, tapi juga menguras sumber daya ekonomi yang diperuntukkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya mencegah dan meminimalkan dampak melalui program mitigasi dan kesiapsiagaan sangat penting untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana seperti di Kota Ternate.
Langkah-langkah awal yang dilakukan adalah mengembangkan alternatif pendekatan-pendekatan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana yang efektif dan efisien di Kota Ternate, yakni dengan melakukan analisis kebijakan tentang mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana dan survei asesmen infrastruktur dan fasilitas hunian/pemukiman, perkantoran, rumah sakit, fasilitas umum dan lingkungan, berkaitan dengan sistem pengamanan dan peringatan dini potensi bahaya bencana akibat aktivitas Gunung api Gamalama.
Upaya penanggulangan bencana letusan gunung api tersebut, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan.
1. Sebelum terjadi letusan:
·         Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada aktivitas gunung api,
·         Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Resiko Bahaya Gunung api yang didukung dengan dengan Peta Geologi Gunung api,
·         Pembimbingan dan pemberian informasi gunung api,
·         Penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan geokimia di gunung api,
·         Peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya seperti peningkatan sarana dan prasarananya.
2. Saat terjadi letusan dilakukan:
·         Peringatan dini.
·         Pelaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api,
·         Pelaksanaan evakuasi penduduk ke tempat-tempat aman yang telah disiapkan sebelumnya,
3. Setelah terjadi letusan dilakukan:
·         Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan,
·         Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya,
·         Memberikan saran penanggulangan bahaya,
·         Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang,
·         Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak,
·         Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun,
·         Melanjutkan memantauan rutin.
Bilamana terjadi peningkatan aktivitas gunung api, maka prosedur tetap tingkat kegiatan gunung api adalah sebagai berikut :
1.      Aktif Normal (Level I): Kegiatan gunung api berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
2.      Waspada (Level II): Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.
3.      Siaga (Level III): Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan.
4.      Awas (Level IV): Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama
 
*SUMBER REFRENSI
http://www.antaramaluku.com/print/22759/melihat-upaya-ternate-mengurangi-dampak-bencana
http://regional.kompas.com/read/2011/12/11/20025436/Gunung.Gamalama.Kembali.Meletus
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Ternate
http://www.mentari.biz/daftar-gunung-berapi-yang-aktif-di-indonesia.html
http://news.okezone.com/read/2011/12/08/340/539821/ini-sejarah-letusan-gunung-gamalama
http://iphect.blogspot.com/2012/05/potensi-dan-bahaya-letusan-gunung.html
 
 
 

Minggu, 23 November 2014

JAWABAN KPLI 010 NO.10 "Lagu tentang pemanasan global"

"Earth Song"
(Michael Jackson)
What about sunrise
What about rain
What about all the things
That you said we were to gain...
What about killing fields
Is there a time
What about all the things
That you said was yours and mine...
Did you ever stop to notice
All the blood we've shed before
Did you ever stop to notice
This crying Earth, this weeping shore?

Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh

What have we’ve done to the world
Look what we've done
What about all the peace
That you pledge your only son...
What about flowering fields
Is there a time
What about all the dreams
That you said was yours and mine...
Did you ever stop to notice
All the children dead from war
Did you ever stop to notice
This crying Earth, this weeping shore?

Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh

I used to dream
I used to glance beyond the stars
Now I don't know where we are
Although I know we've drifted far

Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh

Hey, what about yesterday
(What about us)
What about the seas
(What about us)
The heavens are falling down
(What about us)
I can't even breathe
(What about us)
What about apathy
(What about us)
I need you
(What about us)
What about nature's worth
(ooo, ooo)
It's our planet's womb
(What about us)
What about animals
(What about it)
Turned kingdoms to dust
(What about us)
What about elephants
(What about us)
Have we lost their trust
(What about us)
What about crying whales
(What about us)
Ravaging the seas
(What about us)
What about forest trails
(ooo, ooo)
Burnt despite our pleas
(What about us)
What about the holy land
(What about it)
Torn apart by creed
(What about us)
What about the common man
(What about us)
Can't we set him free
(What about us)
What about children dying
(What about us)
Can't you hear them cry
(What about us)
Where did we go wrong
(ooo, ooo)
Someone tell me why
(What about us)
What about baby boy
(What about it)
What about the days
(What about us)
What about all their joy
(What about us)
What about the man
(What about us)
What about the crying man
(What about us)
What about Abraham
(What about us)
What about death again
(ooo, ooo)
Do we give a damn

Aaaaaaaaah Oooooooooh
"Lagu Bumi"
(Michael Jackson)

Bagaimana dengan mentari terbit
Bagaimana dengan hujan 
Bagaimana dengan semua hal
Yang kau bilang harus kita dapatkan... 

Bagaimana dengan medan pembunuhan 
Adakah waktu
Bagaimana dengan semua hal 

Yang kau bilang milikmu dan milikku...
Pernahkah kau sejenak memperhatikan
Darah yang tlah kita tumpahkan sebelumnya 

Pernahkah kau sejenak memperhatikan
Bumi yang menangis pantai yang meratap?

Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh

Apa yang tlah kita lakukan pada dunia ini
Lihatlah apa yang telah kita lakukan 
Bagaimana dengan semua kedamaian
Yang kau janjikan pada putramu satu-satunya... 
Bagaimana dengan padang-padang bunga
Adakah waktu 
Bagaimana dengan semua mimpi
Yang kau bilang milikmu dan milikku...
Pernahkah kau sejenak memperhatikan
Semua anak kecil yang mati karena perang 
Pernahkah sejenak kau memperhatikan
Bumi yang menangis pantai yang meratap

Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh


Dulu aku sering bermimpi
Dulu aku sering manatap bintang-bintang 
Kini aku tak tahu lagi di mana kita berada 
Meskipun aku tahu kita tlah hanyut jauh

Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh

Hei, bagaimana dengan kemarin
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan lautan
(Bagaimana dengan kita)
Langit sedang runtuh
(Bagaimana dengan kita)
Aku tak dapat bernafas
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan Bumi yang terluka
(Bagaimana dengan kita)
Tak bisakah kita rasakan lukanya
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan alam yang begitu berharga
(ooo, ooo)
Ini adalah rahim planet kita
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan binatang
(Bagaimana dengannya) 
Kita tlah mengubah kerajaan menjadi debu
(Bagaimana dengan kita) 
Bagaimana dengan gajah-gajah
(Bagaimana dengan kita)
Apakah kita tlah kehilangan kepercayaan mereka
(Bagaimana dengan kita) 
Bagaimana dengan paus-paus yang menangis
(Bagaimana dengan kita)
Kita merusak lautan
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan jejak hutan
(ooo, ooo)
Terbakar meski kita membelanya
(Bagaimana dengan kita) 
Bagaimana dengan tanah suci
(Bagaimana dengannya)
Runtuh karena kredo
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan rakyat jelata
(Bagaimana dengan kita)
Tak bisakah kita membebaskannya
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan anak-anak yang sekarat
(Bagaimana dengan kita)
Tak bisakah kau dengar tangisan mereka
(Bagaimana dengan kita)
Di manakah kesalahan kita
(ooo, ooo)
Seseorang memberitahuku sebabnya
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan bayi-bayi
(Bagaimana)
Bagaimana dengan hari-hari
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan kebahagiaan mereka
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan pria itu
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan pria yang menangis itu
(Bagaimana dengan kita)
Bagaimana dengan Ibrahim
(Siapakah dulu kita)
Bagaimana dengan kematian lagi
(ooo, ooo)
Apakah kita tertarik

Aaaaaaaaah Oooooooooh